KUBET – China Masukkan Calvin Klein-Tommy Hilfiger ke Daftar Hitam

Merek fesyen Calvin Klein dan Tommy Hilfiger terjebak di tengah-tengah perang dagang AS-China yang tengah berlangsung.
Merek fesyen Calvin Klein dan Tommy Hilfiger terjebak di tengah-tengah perang dagang AS-China yang tengah berlangsung. Ilustrasi. (REUTERS/Andrew Kelly).


Jakarta, CNN Indonesia

Merek fesyen Calvin Klein dan Tommy Hilfiger terjebak di tengah-tengah perang dagang AS-China yang tengah berlangsung.

Pasalnya, Kementerian Keuangan China menempatkan PVH, perusahaan induk dari dua merek pakaian AS tersebut, pada “daftar entitas yang tidak dapat diandalkan”, yang pada dasarnya merupakan daftar hitam perusahaan.

Dilansir CNN, Rabu (5/2), langkah itu adalah bagian dari paket luas tindakan ekonomi yang diumumkan pemerintah China yang menargetkan AS setelah penerapan tarif 10 persen oleh Presiden Donald Trump atas semua impor produk Negeri Timur Bambu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Selasa lalu, seorang juru bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan mereka mendapati PVH melakukan diskriminasi dan mengganggu operasi perusahaan-perusahaan China meski juru bicara tersebut tidak memberikan rinciannya.

Selain itu, China juga menambahkan perusahaan bioteknologi AS Illumina ke dalam daftar hitam.

Dengan masuk ke daftar “entitas yang tidak dapat diandalkan”, sejumlah ahli menilai PVH terhalang untuk melakukan bisnis di China atau mengakibatkan denda atau hukuman lainnya.

Sebuah firma konsultan bisnis, Asia Group, menilai langkah ini cukup signifikan karena ini pertama kalinya China menyerang merek konsumen dengan sebutan “entitas yang tidak dapat diandalkan”.

Pemerintah China sebelumnya telah menambahkan perusahaan pertahanan AS ke dalam daftar tersebut.

Di sisi lain, PVH mengkritik keputusan tersebut dan mengatakan akan bekerja sama dengan otoritas China, untuk menyelesaikan situasi tersebut.

PVH, sebagai ritel AS, melarang pengadaan langsung atau tidak langsung dari Provinsi Xinjiang, China. AS mulai melarang semua barang yang diproduksi di wilayah tersebut selama pemerintahan Presiden Joe Biden karena masalah kerja paksa.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan suku Uighur dan minoritas Muslim lainnya menghadapi serangkaian pelanggaran hak asasi manusia di wilayah tersebut, termasuk penempatan di kamp-kamp interniran massal.

Pemerintah China mungkin membalas perusahaan tersebut karena menolak pengadaan kapas dari Xinjiang, yang telah dikaitkan dengan kerja paksa terhadap minoritas Uighur.

Pada September lalu, Beijing mengatakan sedang menyelidiki PVH karena “melanggar prinsip transaksi pasar normal” dengan memboikot kapas yang bersumber dari Xinjiang.

China telah menggambarkan fasilitas tersebut sebagai “pusat pelatihan kejuruan” dan mengklaim pada 2019 bahwa pusat-pusat tersebut telah ditutup. Pejabat setempat juga secara konsisten membantah semua tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang.

Pengamat sendiri menilai dampak PVH masuk daftar hitam tak akan berdampak besar. Pasal, merek-merek di bawah PVH tidak sebesar Nike atau merek populer lain sehingga tak banyak warga yang akan kehilangan lapangan pekerjaan.

“PVH memiliki kehadiran yang cukup signifikan di China tetapi juga tidak akan memiliki konsekuensi ekonomi yang besar,” ujar VP Asia Group Sam Ide.

Sementara, pembatasan bisnis PVH di China diprediksi akan menjadi pukulan bagi perusahaan. Pada 2023, China menyumbang 6 persen dari pendapatan PVH dan 16 persen dari labanya. Calvin Klein memiliki kantor fisik di hampir setiap provinsi di Tiongkok.

“China merupakan mesin pertumbuhan yang penting,” ujar CEO PVH Stefan Larsson melalui keterangannya April lalu.

[Gambas:Video CNN]

(sfr/agt)








Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *